ADIL, EFISEN, dan BIJAKSANA

Adil, Efisien dan Bijaksana

                         Ringkasan Materi

            Seringkali kita saksikan sendiri atau lewat media massa dan tayangan televisi, terjadinya kerusuhan atau perbuatan anarkis di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Salah satu penyebab kerusuhan itu ialah adanya perlakuan tidak adil oleh sebagian manusia. Orang yang diperlakukan tidak adil oleh sebagian manusia. Orang yang diperlakukan secara tidak adil merasa kecewa yang mendalam dapat menimbulkan kemarahan. Kemarahan yang tak terkendali sering menimbulkan tindakan-tindakan anarkis. Islam mewajibkan umatnya untuk berlaku adil terhadap siapapun juga. Simaklah baik-baik uraian berikut !
A. Adil
            1. Pengertian Adil
Kata “adil” berarti “tidak berat sebelah, tidak memihak, sepatutnya, tidaki sewenang-wenang.”
Dalam hal tertentu, kata “adil” berarti sama rata, yang satu tidak berlebih dari yang lain. Dalam hal tertentupula, adil terkadang berarti sepatutnya, sesuai dengan kebutuhan.
 2. Perintah Berlaku Adil
            Islam mewajibkan kepada umatnya agar berlaku adil.
Allah swt. berfirman :






  “ Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Maa’idah: 8)

Firman Allah swt. diatas dapat diambil beberapa pengertian pokok, antara lain:
a. Kita wajib berlaku adil dalam segala hal, termasuk ketika menjadi saksi suatu perkara. Sekali-kali kita tidak boleh berlaku curang kepada siapapun.
 b. Kebencian (rasa tidak senang) kita terhadap seseorang tidak boleh menyebabkan kita berlaku tidak adil (curang).
c. Pada ayat diatas dinyatakan bahwa berlaku adil lebih dekat dengan taqwa. Ini berarti bahwa prilaku adil merupakan ciri orang yang taqwa. Oleh sebab itu, setiap orang yang taqwa pasti senantiasa berusaha untuk belaku adil.

Selanjutnya, firman Allah Swt. dalam surah an-Nahl (16) ayat 90 menjelaskan sebagai berikut :
 
3. Inti
        Adil
        a. Menyatakan sikap senang terhadap perilaku adil yang diperbuat oleh siapa pun.
        b. Menyatakan sikap tidak senang terhadap bentuk-bentuk kecurangan.
        c. Senantiasa berusaha untuk berbuat adan berucap secara adil terhadap siapa pun.

                  
B. Efisien
        Seringkali, kita mengacaukan arti efektifitan dan efisiensi. Menjadi efektif mempunyai arti dapat memilih tujuan-tujuan yang tepat dari seperangkat alternatif atau pilihan cara dan menentukan suatu pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga berarti pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang ditentukan. Sebagai contoh, jika sebuah tugas dapat selesai dengan cara pemilihan cara-cara yang sudah ditentukan, maka cara tersebut adalah yang benar atau efektif.
        Dilain pihak, efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang benar telah ditentukan dan berusaha untuk mencari cara-cara yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Efisiensi hanya dapat di evaluasi dengan penilaian relative, membandingkan antara masukan (in) dan keluaran (out) yang dapat diterima. Sebagai contoh, untuk menyelesaikan sebuah tugas, cara A membutuhkan waktu satu jam, sedang cara B membutuhkan waktu dua jam, maka cara A lebih efisien daripada cara B. Dengan lain perkataan tugas tersebut dapat selesai dengan menggunakan cara dengan benar atau efisien.
        Efisiensi adalah melakukan tugas dengan benar, sedangkan efektifitas adalah melakukan tugas yang benar (doing the right things). Efektifitas dan efisiensi merupakan konsep yang berharga, tetapi efektifitas jauh lebih penting.

                   C. Bijaksana
      Bijaksana adalah sebuah penilaian terhadap suatu pemikiran, ucapan dan perbuatan seseorang yang didasarkan pada ruang lingkup sekitarnya dengan tidak memaksakan kehendak pada apa dan siapapun berdasarkan etika dan hati.
        Bijaksana merupakan suatu teknik, cara, metode yang sudah matang melalui proses pemikiran dan pemahaman hati tentang sesuatu terwujud dengan sarana yang tepat.
        Seseorang yang bijaksana itu menyuarakan kebenaran dengan cara yang bijak (mempertimbangkan etika, dampak kedepannya juga mempertimbangkan ke efektifan dan efisien dari suatu tindakan).
        Bijakasana berarti dapat menyelesaikan suatu masalah dengan baik dengan solusi yang menguntungkan dan dengan mendapat kerugian yang sekecil mungkin.
“Orang bijaksana belum tentu benar, tetapi orang benar pasti bijaksana.”  
        Secara teori para filsuf sebenarnya bisa disebut sebagai manusia bijaksana, sebab perkataan filsafat itu sebenarnya diserap dari bahasa Yunani “Philosophia” = philo (menyenangi) sophia (kebijaksanaan). Menghafalkan maupun membaca kata-kata bijak saja kita tidak akan bisa dinilai sebagai orang bijaksana. Jadi dalam arti kata lain untuk menjadi orang filsuf ; Anda bisa mempelajarinya, tetapi tidak otomatis menjadi seorang bijak ! Konon untuk bisa menjadi manusia bijak, selain harus memiliki pengetahuan juga pengalaman hidup, tetapi apakah dengan demikian anda akan menilai bahwa ayahanda dan ibunda anda sendiri termasuk manusia yang bijak ? kenapa ? Karena mereka telah berjasa sekali dalam memberikan kasih sayang, membesarkan maupun mendidik kita, hal ini terpancarkan dimana mereka lebih mementingkan kehidupan anak-anaknya daripada dirinya sendiri. Jadi sebenarnya untuk bisa dinilai sebagai seorang bijak bukanlah pengetahuan ataupun pengalaman yang penting, tetapi bersedia untuk lebih mementingkan kepentingan orang lain daripada dirinya sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Benda-benda Tanda Cinta Gu Jun Pyo dan Geum Jan Di